Operasi Sindoor: Eskalasi Mematikan India-Pakistan yang Mengguncang Asia Selatan

Gambar ini diambil dari Reuters

Ketegangan antara dua negara bertetangga yang bersenjata nuklir, India dan Pakistan, kembali mencuat ke permukaan. Pada 7 Mei 2025, India meluncurkan serangan militer berskala besar yang disebut sebagai Operasi Sindoor. Serangan ini menjadi respons atas serangan teroris berdarah di wilayah Pahalgam yang terjadi pada bulan April. Situasi ini memunculkan kekhawatiran serius dari komunitas internasional terhadap potensi konflik berskala besar di Asia Selatan.


Latar Belakang Konflik

Konflik historis antara India dan Pakistan, khususnya terkait wilayah Kashmir, telah menjadi sumber ketegangan selama lebih dari tujuh dekade. Dalam beberapa tahun terakhir, konflik ini sempat mereda, namun selalu ada potensi meletusnya kembali konfrontasi militer.

Insiden terbaru terjadi pada 22 April 2025, saat sekelompok teroris menyerang kawasan wisata Pahalgam di Jammu dan Kashmir. Serangan ini menewaskan 26 orang, sebagian besar adalah wisatawan Hindu yang sedang merayakan liburan musim semi. Pemerintah India segera menuding kelompok militan berbasis di Pakistan sebagai dalang di balik tragedi tersebut. Selengkapnya disini


Kronologi Operasi Sindoor

  1. 22 April 2025: Terjadi serangan teroris di Pahalgam yang menewaskan 26 warga sipil.
  2. 23-30 April 2025: India mengumpulkan bukti dan meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Pakistan.
  3. 1-6 Mei 2025: Pemerintah India merancang dan mempersiapkan Operasi Sindoor. Latihan militer intensif dilakukan di sepanjang wilayah perbatasan.
  4. 7 Mei 2025 (Pagi): India meluncurkan serangan udara dan rudal ke sembilan lokasi di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan. Target utama adalah markas kelompok Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Mohammed di Bahawalpur, Muridke, dan sekitarnya.
  5. 7 Mei 2025 (Siang): Pemerintah Pakistan mengumumkan bahwa serangan India menewaskan sedikitnya 26 warga sipil dan melukai lebih dari 46 orang.
  6. 7 Mei 2025 (Sore): Militer Pakistan mengklaim berhasil menembak jatuh lima jet tempur India dan melakukan serangan balasan ke pangkalan militer India di sepanjang Line of Control (LoC).


Respon Pakistan

Pemerintah Pakistan menyebut serangan ini sebagai "tindakan perang" dan berjanji akan membalas secara setimpal. Menteri Pertahanan Pakistan menyampaikan bahwa negara mereka tidak akan tinggal diam terhadap agresi militer India. Selain itu, Pakistan:

  • Memanggil duta besar India dan menyampaikan protes diplomatik.
  • Meminta pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.
  • Meningkatkan kesiagaan militer di sepanjang perbatasan.
  • Mengalihkan penerbangan sipil dari wilayah konflik untuk alasan keamanan.

Presiden Pakistan juga menyerukan persatuan nasional dan menegaskan bahwa seluruh kekuatan militer akan dikerahkan untuk mempertahankan kedaulatan negara.

Berikut Respon Balasan Pakistan


Reaksi Internasional

Komunitas internasional merespons dengan cepat terhadap eskalasi ini. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres secara resmi menyerukan de-eskalasi dan mendesak kedua negara untuk segera kembali ke meja perundingan. PBB menyatakan kekhawatirannya terhadap korban sipil dan dampak kemanusiaan yang lebih luas jika konflik terus berlanjut.

Amerika Serikat, yang memiliki hubungan pertahanan dengan India sekaligus bantuan militer terhadap Pakistan dalam sejarahnya, mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri. Gedung Putih menyebutkan bahwa eskalasi militer hanya akan memperburuk situasi dan mengganggu stabilitas kawasan.

Tiongkok dan Rusia, dua kekuatan besar lain di kawasan, turut angkat suara. Tiongkok, sekutu dekat Pakistan, menyerukan penyelesaian damai dan menegaskan pentingnya menjaga kestabilan Asia Selatan. Sementara Rusia menyampaikan kesiapannya menjadi mediator jika dibutuhkan. Negara-negara Islam seperti Turki dan Arab Saudi juga menyerukan penyelesaian diplomatik.

Beberapa maskapai internasional, termasuk Malaysia Airlines, Qatar Airways, dan Batik Air, mulai mengalihkan rute penerbangan mereka yang melewati wilayah udara Pakistan dan India utara. Langkah ini menandakan kekhawatiran nyata terhadap eskalasi konflik yang bisa mengganggu keamanan penerbangan sipil.


Ancaman Perang Skala Penuh

Konflik ini bukan hanya soal dua negara, melainkan potensi dampak global akibat eskalasi antara dua negara bersenjata nuklir. India dan Pakistan sama-sama memiliki doktrin nuklir dan sistem peluncuran yang canggih. Meskipun keduanya mengklaim bahwa senjata nuklir hanya akan digunakan sebagai upaya terakhir (no first use policy), meningkatnya retorika nasionalis dan tekanan politik domestik bisa memicu keputusan yang impulsif.

Para analis memperingatkan bahwa konflik terbuka antara India dan Pakistan tidak hanya akan menghancurkan wilayah Kashmir, tetapi juga bisa mengacaukan perekonomian Asia dan mengganggu rantai pasok global. Ketegangan ini juga berpotensi menyeret negara-negara besar yang memiliki kepentingan strategis di kawasan, termasuk AS, Tiongkok, dan Rusia.

Selain itu, konflik ini dapat memperburuk krisis pengungsi dan meningkatkan potensi radikalisasi di wilayah-wilayah perbatasan. Banyak LSM internasional telah menyuarakan keprihatinan mengenai kesiapan infrastruktur kemanusiaan di kedua negara jika terjadi perang skala penuh.

Baca Juga, Kerjasama Selatan-Selatan 

Baca Juga Isu Seputar Internasional 


Operasi Sindoor menjadi penanda babak baru dalam ketegangan panjang antara India dan Pakistan. Dunia kini menanti apakah diplomasi mampu meredam emosi kedua pihak, atau justru konflik ini akan berkembang menjadi krisis internasional. Yang pasti, situasi ini menjadi pengingat bahwa perdamaian membutuhkan kerja keras dan komitmen bersama dari seluruh pihak.

Tagar

#OperasiSindoor #KonflikIndia-Pakistan2025 #Kashmir